Buscar

Páginas

Chapter 2

The Special Gift..

Cahaya matahari mulai masuk ke dalam rongga-rongga jendela kamarnya. Pukul 7 pagi. Seohyun masih tertidur. Tubuhnya masih tetutup selimut tebal. Cuaca dingin masih sangat terasa. Pintu kamarnya terbuka dari luar. Samar terdengar suara seseorang berusaha membangunkan Seohyun.

“Seohyun bangun.”
Seohyun mengangguk dengan mata setengah terbuka. Gadis itu bangkit berdiri dari tempat tidurnya lalu berjalan menghampiri Yoona. Koleksi buku-buku Seohyun yang terpajang rapi di rak bukunya tidak bisa dikatakan sedikit.
“Kau membaca semua buku ini?” Yoona menelusuri satu per satu buku yang ada di depan matanya
“Ini.. bukunya.” Hanya dengan satu jentikan tangan Seohyun berhasil menemukan buku yang Yoona cari.
“Kau menyukainya?”
Ada sedikit harapan di hati Seohyun bahwa lelaki itu Yonghwa. Tapi ketika Yoona menyebutkan boyband. Pupuslah harapan itu.
“Ini clue terakhir dariku, aku yakin kau bisa menebaknya.” Ucap Yoona dengan mata berbinar. “Super Junior.”
“Cho Kyuhyun.” Ucap Seohyun ragu.
Nama itu mengalir begitu saja dari mulut Seohyun. Entah atas dasar apa ia memilih Kyuhyun. Ia pun tidak tahu, yang ia tahu Kyuhyun suka membaca buku seperti dirinya.
Yoona mengangguk dua kali, menandakan jawaban yang Seohyun berikan adalah benar.
Aku harap kau menyukai novel ini... this is special gift for you.
***
Hari sabtu pagi. Pukul 8 lebih 15 menit, Seohyun pergi menemui Yonghwa di studio latihan CN Blue. Saat Seohyun melangkah masuk ke dalam studio, Yonghwa sudah ada disana.
“Kau telat 15 menit hyuun...”
Seohyun mengangguk pasrah. Ia tidak punya cukup tenaga untuk protes.
Beberapa menit kemudian meraka berangkat dari studio latihan. Sepanjang jalan, Seohyun keasyikan bercerita, sampai akhirnya ia lelah dan terlelap tidur.
Matanya terbuka ketika mobil Yonghwa akhirnya berhenti. Hal pertama yang Seohyun lihat adalah angkasa luas yang terbentang dari kaca mobil. Hal kedua yang ia sadari adalah deburan ombak yang dahsyat dari arah barat. Hal ketiga, Seohyun menyadari Yonghwa tidak ada di sampingnya.
Tersadarlah ia bahwa mobil itu terparkir di sekitar pantai. Dihadapannya tampak ombak berputar dan berpusar, saling memecah dan mengempas, menyapu hamparan karang dengan buih putih. Cepat-cepat Seohyun keluar dari mobil.
“Hyuuunnn!!!” Suara Yonghwa berteriak memanggilnya.
Seohyun menoleh ke samping. Tampak Yonghwa melambaikan tangan dari sebuah kios minuman. Seohyun langsung menghampirinya.
“Jadi ini tempatnya?”
Yonghwa tersenyum lebar, “aku pernah ke pantai ini, tidak sengaja, bersama teman-teman SMA. Aku langsung jatuh cinta. Bertahun-tahun ingin ke sini lagi, tapi tidak pernah sempat. Baru sekarang bisa kembali lagi. Sama kamu. So, Enjoy.” Ia lalu memberikan minuman dingin yang telah di pesannya pada Seohyun.
Well...oppa...harus aku akui, pantai ini indah sekali, aku belum pernah kesini sebelumnya.” ucap Seohyun sambil tersenyum.
Pantai itu hampir seluruhnya di bingkai oleh hamparan karang, kecuali satu cerukan yang dipakai sebagai pelabuhan kapal nelayan, yang tempatnya tak jauh dari kios minuman tadi. Dekat dari sana, masih tersisa sebagian kecil pantai kosong yang tidak diparkiri perahu.
Di bagian itu, Seohyun dan Yonghwa akhirnya berkesempatan untuk merendam kaki mereka dalam air laut, di atas pasir pecehan kerang berwarna krim kekuningan.
Menjelang sore, mereka menuju bagian pantai landai tempat beberapa pedagang makanan berjualan. Mereka perlu mengisi perutnya yang kosong.
“Ini adalah mi ramen paling enak yang pernah aku coba seumur hidup,” komentar Seohyun seraya melahap mi ramen yang dipesannya.
“Memangnya, apa yang berbeda?”
“Jelas ada,” kata Seohyun yakin, “faktor pertama adalah belum makan dari siang, faktor kedua adalah...ini tempat makan dengan pemandangan terindah yang pernah aku kunjungi.”
“Setuju.” Yonghwa mengangguk, lalu ia pun bergerak ke mangkok mi ramen yang kedua “jadi ga nyesel kan, aku ajak kamu kesini?”
Seohyun berhenti mengunyah. “Tapi...kenapa begitu tiba-tiba?, bukankah dua hari yang lalu kita... Seohyun membiarkan kalimat itu menggantung, karena tiba-tiba pikirannya melayang pada malam ketika Yonghwa mengantanya pulang ke dorm. Masih segar dalam ingatan, peristiwa yang terjadi di taman itu.
Yonghwa ikut berhenti, sejenak menatap Seohyun. “Kita akan semakin sibuk, belum tentu kita bisa sering bertemu seperti sekarang.”
Seohyun mengangguk pelan. Ia menyadari betapa sangat berharga setiap detik yang ia lewatkan bersama Yonghwa. Minggu depan dia akan terbang ke Perancis untuk konser Sm Town live in Paris. Setelah itu jadwal promo single album pertama SNSD di Jepang akan membuatnya semakin sibuk.
Begitupun dengan Yonghwa, jadwal syuting drama terbarunya yang dimulai beberapa hari kedepan akan mengurangi intensitas pertemuannya dengan Seohyun.
Setalah berpesta dengan tiga mangkuk mi ramen dan dua gelas teh tawar, mereka kembali menuju pantai dan bermain ombak. Menikmati matahari terbenam yang sebentar lagi akan pupus di telan malam. Menghayati keluasan birunya laut yang membentang dari tempat mereka berdiri.
Sesekali Yonghwa menoleh pada Seohyun yang sedang berdiri di sampingnya. Seohyun yang samar diterangi cahaya langit sore, tersenyum padanya. Rambutnya yang halus terbang tertiup angin. Di matanya, keindahan sunset yang sejak tadi ia nikmati tiba-tiba mendapat saingan.
“Sini, deh,” Yonghwa menarik tangan Seohyun dengan lembut. “Izinkan aku seperti ini sebentar saja,” bisiknya, lalu perlahan Yonghwa bergerak kebelakang punggung Seohyun, merangkulkan kedua tangannya, memeluk Seohyun dari belakang. Yonghwa berbisik. “Hyun... aku sengaja mengajakmu kesini, dan aku persembahkan semua ini sebagai ungkapan terima kasih untuk semua insprirasi berharga yang sudah kamu berikan padaku.”
Seohyun merasa sekujur tubuhnya kaku. Tak bisa bergerak, juga tak bisa bicara, hanya sanggup menatap lautan yang ada di depannya.
“Ini...” Seohyun tak sanggup melanjutkan, “ini hadiah yang paling indah yang pernah aku terima seumur hidup. Oppa...terima kasih ya.”

“hey..hyuuun…” tangannya menepuk pundak Seohyun.
Seohyun tidak bergeming. Yoona tak menyerah.
“Seohyun bangun! Yong oppaaa menelpomu!!!” Yoona berteriak.
Seperti dugaan. Seohyun menurunkan selimut yang menutupi wajahnya, lalu perlahan ia membuka matanya. Seohyun mencari ponsel yang ia taruh di sebelah tempat tidurnya.
“Yay..! apa harus pakai cara ini untuk membangunkanmu?”
“Eonni...” Seohyun mengguman, lalu ia kembali menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.
“Kau sudah membuka hadiahnya?”
Tangan Seohyun menunjuk ke arah rak buku yang ada di sebelah kanan tempat tidurnya.
“Wow…sebuah buku?” Tanya yoona penuh semangat.


"Tentu saja aku membacanya.”
“Keren…ck…ck..ck” Yoona berdecak kagum.

Novel karya Shin Kyung Sook dengan judul Please Look After Mom baru saja release beberapa minggu yang lalu di Korea. Novel yang cukup fenomenal ini masuk dalam daftar the New York Time best seller di minggu pertama novel ini release. Seohyun mendapatkan novel itu dari seorang pengemar rahasia. Itulah informasi terakhir yang Seohyun dapatkan tentang novel barunya.

“Aku selalu menyukai buku.”
“Kau sudah tahu siapa pengirimnya?”
“Itu yang mau aku tanyakan padamu…eonni”
“Aku berikan clue-nya, lalu kau harus menebaknya.”
Seohyun mengangguk.
Namja.” Clue pertama dari Yoona
Cute.
Seohyun menggeleng.
Good singer”
Seohyun masih terdiam
"TOP idol”
“Hint.” Seohyun masih bingung.
“Boyband





Seohyun membuka sebuah kartu ucapan yang masih terselip dalam kotak hadiah. Ada catatan dari pengirim buku itu:




“Ternyata harus benar-benar jam delapan, ya?” sapa Seohyun dengan wajah yang masih terlihat ingin tidur.
“Hari ini cuma ada satu aturan yang berlaku” ujar Yonghwa sok tegas, “aturanku.”
Weo?” tanya Seohyun Lunglai
“Cukup dengarkan apa yang aku katakan, dan yang paling penting kamu harus percaya padaku.”
“Lalu...kita mau pergi kemana sekarang?”
“Aku mau mengajakmu ke suatu tempat.” Yonghwa tersenyum sambil mengusap pelan tangan Seohyun.



























Chapter 1

It Must Be Love...

Suasana dorm SNSD terasa sangat sepi ditinggalkan penghuninya. Semua member sibuk dengan urusan masing-masing. Taeyoen sibuk mempersiapkan naskah-naskah siaran radionya dan akan segera pergi ke studio. Soo Young pergi menemui kedua orang tuanya. Sicca memutuskan untuk pergi shopping dengan adiknya Krystal. Yuri pergi dengan teman-teman SMA-nya, sementara Fanny, Sunny, Hyo Hyeon pergi bersama ke Ssamzie gil --sebuah department store yang sangat terkenal di kawasan Insadong--.

Tidak seperti member lainnya yang sangat antusias, Seohyun nampak sedikit murung dan tidak bersemangat.

Seohyun masih memakai piyama, rambut panjangnya ia biarkan terurai tak beraturan. Wajahnya polos tanpa make up, sepasang sandal bebek berwarna kuning menempel lucu di telapak kakinya. Seohyun tidak pernah sedikitpun kehilangan pesonanya. Pesona karena kecantikannya yang alami.

Gadis itu sedang duduk santai ditemani sebuah buku dan secangkir teh yang masih mengepulkan asap. Seohyun berusaha memfokuskan diri pada buku yang sedang ia baca, namun hanya tatapan kosong yang ia berikan pada buku itu. Ia kehilangan selera membaca. Pikirannya melayang pada seorang pria.

“Kau yakin tidak akan keluar hari ini?” Tanya Yoona.

“Ya..aku disini saja eonni.” Jawab Hyun tak bersemangat.

“Kau bisa ikut denganku sekarang.” Ajak Yoona

Yoona janji bertemu seseorang di Myeondong sebuah distrik yang sudah lama dikenal sebagai pusat mode di korea. Seohyun menggelengkan kepalanya. ” tidak eonni.”

Yoona tersenyum pada Seohyun. Dia tahu apa yang ada dalam pikiran Seohyun walaupun ia terlihat serius dengan bukunya.

“Telpon saja dia.”

“Dia? Siapa yang eonni maksud?” Tanya Seohyun acuh.

“Tentu saja dia.” Yoona sangat senang menggoda Seohyun.

“Kenapa eonni selalu menyebut orang itu dia? aku yakin pria itu punya nama.”

“Kau tahu dari mana jika ‘dia’ itu seorang pria?” Yoona terkikik.

“Aku hanya menebaknya.” jawab Seohyun singkat lalu kembali memperhatikan bukunya.

“Aigo..Hyuun… apa kau sedang menunggu telpon darinya?”

Seohyun menyerah. Yoona sering sekali menggodanya dan satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah berkata jujur.

“Eonni…. Aku sudah menelponnya sepanjang pagi ini.” Sahut Seohyun kesal.

“Apa yang terjadi?” Tanya Yoona penasaran.

“Dia tidak menjawab telponku.”

“Kamu yakin?” Yoona terlihat kaget dengan jawaban Seohyun.

Hyun mengangguk tanpa ragu dan Yoona semakin menunjukan wajah keheranan.

Ini pertama kalinya Yoona melihat kegelisahan Seohyun disebabkan oleh seorang lelaki. Tiba-tiba Yoona teringat sesuatu. Sebuah hadiah untuk Seohyun yang ia dapatkan dari seseorang. Mungkin hadiah itu bisa menghibur hatinya saat ini. Walaupun pada kenyataannya sebuah buku yang sangat Seohyun sukai pun tak berhasil mengalihkan pikirannya dari pria itu.

Yoona berjalan menuju kamarnya, lalu ia keluar dan membawa sebuah kotak hadiah yang cukup terbungkus rapi.

“Ini untukmu.” Yoona memberikan kotak hadiah itu pada Seohyun.

“Eonni, kau masih saja menggodaku.”

“Menurutmu aku sedang menggodamu? Hyun… ini benar-benar sebuah hadiah, lihatlah!” Yoona berusaha meyakinkan.

“Tentu saja aku tahu itu sebuah hadiah.” Sahut Seohyun tak bersemangat.

“Yang aku heran kenapa eonni tiba-tiba memberiku hadiah?” Tanya Seohyun

“Ini hadiah dari seorang fans. Kau tahu? ternyata kau punya penggemar rahasia.” Yoona berusaha tidak terlihat menggoda hyun pada saat mengatakan itu.

Yoona memutuskan segera berangkat menemui temannya di Myeondong dan memilih tidak melanjutkan pembicaraan tentang hadiah itu dengan Seohyun.

“Eonni… katakan siapa yang memberikan hadiah ini? Tanya Seohyun tak mengerti.

“Kau akan mengetahuinya nanti, percayalah ini akan menjadi sebuah kejutan untukmu.”

***

Menu makan malamnya hanya spaghetti dan beberapa makanan instan favorit mereka. Keempat pria itu berkumpul dan makan malam bersama setelah lebih dari tiga jam mereka latihan.

“Hyeong…kau baik-baik saja?”. Minhyuk sedikit khawatir dengan keadaan Yonghwa.

Yonghwa tidak menjawab. Ia hanya tersenyum. Rambutnya berantakan, matanya masih sayu menggambarkan betapa ia kurang tidur, bibirnya kering, wajahnya tirus dan tulang pipinya terlihat sangat jelas pertanda begitu banyak ia kehilangan berat badannya. Yong terlihat sangat lelah. Jadwal promo album pertama mereka yang sangat padat membuat Yong tidak punya cukup waktu untuk istirahat.

“Hyeong…makanlah yang banyak, aku harap kau selalu jaga kesehatanmu.” Ucap minhyuk lagi.

Lagi-lagi Yonghwa menjawab dengan senyuman.

“Hyeong…bagaimana dengan drama terbarumu, kapan kau mulai syuting?” Kali ini suara bass Jung Shin yang terdengar.

“Aaaahhh…..” seperti teringat sesuatu, Yong menghentikan sejenak kegiatan makannya. “Aku lupa belum menghubungi manajer untuk menanyakan jadwal syutingnya.”

“Kalian melihat ponselku?” Yong terlihat kebingungan.

Semuanya menggelengkan kepala lalu dengan kompak mereka menjawab “Tidak.”

“Hyeong… seharian ini kau tidak memegang hand phone sama sekali.” Ucap Jonghyun

“Entahlah…sepertinya aku masih meninggalkannya di kamar.”

Yong menemukan ponselnya tergeletak tak berdaya di atas bed cover. Ponsel itu sudah ia campakan seharian ini. Dia segera memeriksa telpon dan pesan masuk di ponselnya. Yong menemukan nama Seohyun pada list panggilan tak terjawab, panggilan itu bahkan mencapai sebelas kali. Kemudian dia buka pesan masuk, seperti dugaannya nama Seo Hyun juga ada dalam kotak masuk, dengan segera ia tekan OK untuk membaca pesannya.

To: Yong Hwa
From: Seo Hyun
Oppa…hari ini aku libur, bisakah kita bertemu? ^^

***

Sisa malam Yonghwa lewatkan dengan melamun. Sebuah lamunan yang menyesakan karena di dalamnya berkecamuk kekecewaan pada dirinya sendiri dan harapan agar Seo Hyun menelponnya kembali.

Gelisah. Ia berusaha keras menemukan rangkaian kata yang tepat untuk memohon maaf pada Seohyun, tapi sialnya tidak ada satu katapun yang berhasil ia temukan. Seharusnya ini hal yang mudah bagi Yonghwa, dia seorang composer lagu yang cukup handal. Ia kecewa dan sangat marah. Bagaimana mungkin dia kehilangan bakatnya hanya dalam satu malam?

Usai dilanda kemarahan dan harapan sengit yang melelahkan itu, waktu merayap ke dini hari, pukul dua pagi. Yonghwa tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya terus dihantui rasa bersalah pada Seohyun. Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang sudah lama ia pajang di kamarnya. Yonghwa pandangi gambar dirinya bersama Seohyun, dan Yonghwa rindu pada gadis itu. Rindu sekali.

Di dalam kepalanya lalu muncul gambar-gambar yang lama. Gambar ketika Seohyun mengajaknya ke toko buku; gambar Seohyun yang tidur dipundaknya; gambar Seohyun yang bernyanyi sebagai hadiah ulang tahun untuknya; gambar Seohyun mengajarinya menari; gambar Seohyun mengecup lembut pipinya; gambar Seohyun membuat scarf untuk menghangatkan tubuhnya. Semua yang Yonghwa tahu tentang ketulusan, pengorbanan, dan kebaikan, semuanya berasal dari gadis itu. Gadis yang sangat ia rindukan.

***

Yonghwa memegang satu buket mawar putih yang ia dapatkan dari kios bunga di pusat kota. Kejutan untuk Seohyun. Hari ini ia akan menemuinya.

Suasana dorm SNSD masih seperti kemarin. Sepi, ditinggalkan penghuninya. Yonghwa mengetahui jadwal Seohyun melalui manajernya dan dipastikan Seohyun masih menghabiskan waktu liburnya di dorm.

Aneh sekali rasanya. Tetapi terasa sangat benar, keputusannya menemui Seo Hyun. Atas nama rindu yang bergejolak dalam hatinya dan atas nama maaf yang belum sempat tersampaikan. Yonghwa sampai di depan sebuah pintu apartment.

***

Ponsel Seo Hyun bergetar, dan hampir terjatuh di tangan pemiliknya. Di layar ponsel tertulis jelas nama “Jung Yonghwa”. Pria yang sudah membuatnya frustasi. Ingin rasanya Seohyun menekan tombol reject di ponselnya, namun hatinya menolak. Hatinya berteriak untuk segara menerima panggilan itu. Panggilan yang sangat ia nantikan.

“Yeobosaeyo.” sapa Seohyun.

“Seo Joohyun… kau dimana?” tanya Yonghwa disebrang telepon,

“Di rumah, ada apa oppa? Sudah lama aku tidak menerima telpon darimu.” Sindir hyun.

“Benarkan?” Yong membalas

“Menurutmu?”

“Apa kau selalu menunggu telpon dariku?”

“Tidak” Seohyun berbohong

“Seohyun…kau merindukanku?”

Seohyun terdiam. Ada sesuatu yang berdesir di dadanya, lalu jangtung itu berdetak tak beraturan. Sangat cepat.

“Seohyun..”

Seohyun masih tidak menjawab.

“Seo Joohyun..”

“Hm…” Seohyun berdeham tanpa memberi jawaban “Aku khawatir padamu oppa.” sambungnya beberapa saat, pelan sekali seperti hanya bergumam.

“Kau sangat menyebalkan Seohyun.”

“Aniyo” jawab Seohyun singkat. “Kau yang menyebalkan Oppa bukan aku..”

“Ne..aku memang menyebalkan, tapi bisakah kau bukakan pintu untukku? Kakiku pegal karena terlalu lama berdiri.”

“Oppa… kau dimana?”

“Di depan pintu apartmentmu.”

***

“Terimalah,” ucap Yonghwa sungguh-sungguh dan memberikan buket mawar putih itu pada gadis yang sedang tersenyum di depannya.

Gomawo” ucap Seohyun dengan rona pipi semerah goguma.

Seohyun dan Yonghwa memasuki sebuah ruangan luas yang terletak di tengah apartment. Beberapa instrument musik di simpan disana, lukisan-lukisan indah menghiasi dinding pada ruangan itu. Mereka duduk di sofa.

“Oppa apa yang sedang kau lakukan disini?”

Alih-alih menjawab, Yonghwa membalasnya dengan pernyataan.

“Sepertinya kamu sedang gembira.” Yonghwa menyelidik

“Aku kenapa?” Seohyun membalas, namun ia tahu wajahnya pasti semerah goguma.

“Kau gembira karena bertemu denganku, iya kan?” Yonghwa melihat senyuman yang tak mau lepas dari wajah Seohyun sejak kedatanganya.

Wajah Seohyun kembali memerah. Perkataan itu seakan merebus kembali wajah goguma-nya sampai matang sekali.

“Astaga…kamu benar-benar rindu padaku!” ada persaan lega ketika Yonghwa menyadari bahwa tidak hanya dirinya yang memendam rindu.

“Aku tidak berkata seperti itu!” balas Seohyun masih dengan wajah merah.

“Wajahmu sudah mengatakan segalanya.”

Seohyun menatap Yonghwa dengan wajah berbinar. “Mungkin,” jawabnya. “Oppa....kenapa tidak menjawab telpon dan membalas pesanku?” sambungnya beberapa saat kemudian. Seakan menyadarkan dirinya, bahwa ekpresinya terlalu berseri-seri untuk sesorang yang sedang marah.

Mianhae...” Yonghwa membenturkan kepalanya ke pundak Seohyun. Gerakan yang sering ia lakukan ketika sedang meminta maaf pada Seohyun.

Wae irae?”

Mianhae...Seohyun...”

“Kau selalu melakukan ini padaku oppa” timpal Seohyun kesal.

“Aish Seohyun..jangan pasang ekspresi seperti itu, kau terlihat sangat jelek” ejek Yonghwa ketika melihat senyum Seohyun yang tiba-tiba menghilang. “Aku lebih suka melihatmu tersenyum.”

Yonghwa merubah posisi duduknya. Semakin mendekat pada gadis itu. Yonghwa menatap matanya. Dia selalu terpesona pada mata itu, sepasang mata yang sekarang sedang menatapnya.

Seohyun masih saja cemberut. Sesekali ia mengeluarkan udara dari hidung mancungnya. Pertanda Seohyun sedang kesal.

“Tersenyumlah... sebelum tangan ini membuatmu tidak berhenti tersenyum.” Yonghwa mengancam dan mengangkat sepuluh jarinya ke udara. Tangannya sudah siap menggelitki tubuh mungil Seohyun.

Seohyun tertawa melihat tingkah laku Yonghwa. “Oppa kau menyebalkan sekali.” Senyum itu kembali mengembang di wajah mungilnya.

“Seohyun kamu Suka Gangnam?” tiba-tiba aku ingin pergi kesana. Kamu pernah ke sana?”

“Aku lebih menyukai Insadong.” Seohyun tiba-tiba menyela.

Yonghwa mengerutkan alis kemudian tertawa. “Insadong? Kau akan bosan disana. Gangnam punya Cheongdam-dong dan Sinsa-dong. Banyak sekali pilihan disana kita bisa menonton pertunjukan teater malam ini.”

“Oppa…apa yang sedang kau bicarakan?”

“Bukankah ini yang kau minta hyuun.”

Mwo?”

“Kau ingin aku temani kan?” Yonghwa memiringkan kepalanya, kemudian perlahan ia mengatakan sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh telinga normal manapun. Dia berbisik. Entah apa yang dikatakannya. Yonghwa menggengam tangan Seohyun kemudian bangkit dari duduknya. “Ayo kita kencan.”

***

Gangnam adalah sebuah distrik yang selalu di banjiri anak-anak muda. Orang-orang datang ke Gangnam untuk berkunjung ke Cheongdam-dong dan Sinsa-dong, menikmati cafe-cafe trendy, toko-toko fashion, pub, klub malam, restoran, teater yang berada disekitar daerah tersebut. Pilihan tepat untuk berkencan.

Yonghwa mengeluarkan dua buah tiket pertunjukan teater dalam saku celananya. Kertas yang semula licin itu menjadi lecek di sana sini, bahkan basah terkena keringat yang keluar dari telapak tangan Yonghwa. Yonghwa mendapatkan tiket itu sebelum ia mengunjungi kios bunga. Wajar saja kalau tiket itu sudah lecek.

Setelah pertunjukan teater berakhir, mereka menikmati makan malam di suatu restoran. Tak banyak orang yang mengenali mereka, tapi mereka tak bisa menampik kemungkinan bahwa kencannya malam itu bisa saja menjadi berita yang menghebohkan di headline majalah gossip, koran-koran ibu kota, dan situs-situs internet lengkap dengan Foto-fotonya.

Yonghwa dan Seohyun tidak terlalu mempedulikannya. Malam itu terlalu indah untuk mereka lewatkan begitu saja. Malam yang mungkin akan selalu mereka harapkan kedatangannya.

***

Yonghwa membukakan pintu mobilnya untuk Seohyun, persis ketika seorang pangeran membukakan pintu kerata kencananya untuk sang puteri. Sang puteri keluar dari kereta kencananya. Saatnya ia pulang.

Senyuman itu semakin mengembang di wajah Seohyun. Bagaimana bisa senyuman itu karam? Pria itu memang berbakat. Dia tak pernah kehabisan ide untuk membuat Seohyun terkesan. Mawar putih, pertunjukan teater, dan dinner romantis. Semua yang Seohyun tahu tentang kejutan manis dan membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum, hanya ia dapatkan dari seorang pria bernama Jung Yonghwa.

Mereka berjalan di sebuah taman. Lampu-lampu taman mengiringi langkah mereka.

“Lihatlah hyun...tangan kita seperti berpegangan.” Yonghwa menujuk bayangan tangannya di bawah lampu taman.

“Benar oppa...tangan kita seperti bersatu.” Seohyun mengangkat sedikit tangannya ke atas. Sempurna. Bayangan itu terlihat sangat nyata. Bayangan sepasang tangan yang terpaut satu sama lain.

Yonghwa mengambil langkah cepat untuk menyusul Seohyun yang berjalan tak jauh di depannya. Dengan satu gerakan cepat Yonghwa meraih tangan Seohyun.

“Hyun...pernahkah kau bermimpi bertemu denganku?”

“Iya...” Jawab Seohyun malu-malu, lalu ia merasakan semakin erat Yonghwa menggenggam tangannya.

“Mimpi itu menjadi nyata sekarang.”

“Ya..aku tahu.” Ucap Seohyun.

“Seohyun, apa kau suka padaku?”

Seohyun membeku, bagaimana mungkin Yonghwa memberikan pertanyaan itu secara gamblang dihadapannya.

“Apakah itu benar?”

“Aniyo...”

“Kau pasti sedang berbohong Seohyun.”

“Aniyo...” desiran itu datang lagi, namun kali ini detak jantungnya berlari sangat kencang.

Yonghwa tiba-tiba menghentikan langkahnya dan melepaskan genggaman tangannya. Mereka berdiri berhadapan.

Yonghwa mengecup bibir Seohyun.

Bumi seakan berhenti berputar. Beginikan rasanya…Yonghwa sadar ini begitu tiba-tiba. Ia lupa memperhitungkan perasaan gadis itu. Seakan ada sebuah peraturan yang melarangnya untuk melakukan aksi nekat itu. Sayangnya, ia tidak peduli dengan peraturan. Bukankan sebuah aturan itu dibuat untuk dilanggar. Dengan dada berdebar, ia menunggu reaksi Seohyun.

“Oppa...kau menciumku?” Seohyun terlihat sangat terkejut dan tidak percaya.

“Ke-kenapa?” rasa gugup membuat lidahnya tidak mampu menyelasaikan satu kalimat dengan utuh.“Memangnya tidak boleh?” Yonghwa menghardik.

Seohyun masih memasang wajah kagetnya, kemudian ia tersenyum. “Ani,” bisiknya pelan yang membuat Yonghwa tidak bisa mengatur napasnya. “Johahanikka.”

***

Seohyun tidak bisa mengenyahkan kecupan lembut itu dari pikirannya. Tindakan spontan Yonghwa tak pernah berhenti membutanya terpukau. Pria itu benar-benar penuh kejutan. Pria yang berhasil mencuri ciuman pertamanya.

Inikah rasanya jatuh cinta. Inikah rasanya dicintai. Inikah rasanya mencintai. Sungguh ia belum pernah merasakan ini sebelumnya. Perasaan ini seperti sihir. Sihir yang membuatnya percaya bahwa hal terindah di dunia ini adalah jatuh cinta.


DEFINISI CINTA

sekalipun cinta telah kuuraikan dan ku jelaskan panjang lebar.
namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada keteranganku sendiri.
meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang.
namun tanpa lidah,
cinta ternyata lebih terang..
sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya,
kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai pada cinta...
dalam menguraikan cinta,
akal berbaring tak berdaya...
bagaikan keledai terbaring dengan lumpur.
cinta sendirilah yang menerangkan cinta..


*Diwan Shamsi Tabriz diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M.*