The Special Gift..
Cahaya matahari mulai masuk ke dalam rongga-rongga jendela kamarnya. Pukul 7 pagi. Seohyun masih tertidur. Tubuhnya masih tetutup selimut tebal. Cuaca dingin masih sangat terasa. Pintu kamarnya terbuka dari luar. Samar terdengar suara seseorang berusaha membangunkan Seohyun.
Seohyun mengangguk dengan mata setengah terbuka. Gadis itu bangkit berdiri dari tempat tidurnya lalu berjalan menghampiri Yoona. Koleksi buku-buku Seohyun yang terpajang rapi di rak bukunya tidak bisa dikatakan sedikit.
“Kau membaca semua buku ini?” Yoona menelusuri satu per satu buku yang ada di depan matanya
“Ini.. bukunya.” Hanya dengan satu jentikan tangan Seohyun berhasil menemukan buku yang Yoona cari.
“Kau menyukainya?”
Ada sedikit harapan di hati Seohyun bahwa lelaki itu Yonghwa. Tapi ketika Yoona menyebutkan boyband. Pupuslah harapan itu.
“Ini clue terakhir dariku, aku yakin kau bisa menebaknya.” Ucap Yoona dengan mata berbinar. “Super Junior.”
“Cho Kyuhyun.” Ucap Seohyun ragu.
Nama itu mengalir begitu saja dari mulut Seohyun. Entah atas dasar apa ia memilih Kyuhyun. Ia pun tidak tahu, yang ia tahu Kyuhyun suka membaca buku seperti dirinya.
Yoona mengangguk dua kali, menandakan jawaban yang Seohyun berikan adalah benar.
Aku harap kau menyukai novel ini... this is special gift for you.
***
Hari sabtu pagi. Pukul 8 lebih 15 menit, Seohyun pergi menemui Yonghwa di studio latihan CN Blue. Saat Seohyun melangkah masuk ke dalam studio, Yonghwa sudah ada disana.
“Kau telat 15 menit hyuun...”
Seohyun mengangguk pasrah. Ia tidak punya cukup tenaga untuk protes.
Beberapa menit kemudian meraka berangkat dari studio latihan. Sepanjang jalan, Seohyun keasyikan bercerita, sampai akhirnya ia lelah dan terlelap tidur.
Matanya terbuka ketika mobil Yonghwa akhirnya berhenti. Hal pertama yang Seohyun lihat adalah angkasa luas yang terbentang dari kaca mobil. Hal kedua yang ia sadari adalah deburan ombak yang dahsyat dari arah barat. Hal ketiga, Seohyun menyadari Yonghwa tidak ada di sampingnya.
Tersadarlah ia bahwa mobil itu terparkir di sekitar pantai. Dihadapannya tampak ombak berputar dan berpusar, saling memecah dan mengempas, menyapu hamparan karang dengan buih putih. Cepat-cepat Seohyun keluar dari mobil.
“Hyuuunnn!!!” Suara Yonghwa berteriak memanggilnya.
Seohyun menoleh ke samping. Tampak Yonghwa melambaikan tangan dari sebuah kios minuman. Seohyun langsung menghampirinya.
“Jadi ini tempatnya?”
Yonghwa tersenyum lebar, “aku pernah ke pantai ini, tidak sengaja, bersama teman-teman SMA. Aku langsung jatuh cinta. Bertahun-tahun ingin ke sini lagi, tapi tidak pernah sempat. Baru sekarang bisa kembali lagi. Sama kamu. So, Enjoy.” Ia lalu memberikan minuman dingin yang telah di pesannya pada Seohyun.
“Well...oppa...harus aku akui, pantai ini indah sekali, aku belum pernah kesini sebelumnya.” ucap Seohyun sambil tersenyum.
Pantai itu hampir seluruhnya di bingkai oleh hamparan karang, kecuali satu cerukan yang dipakai sebagai pelabuhan kapal nelayan, yang tempatnya tak jauh dari kios minuman tadi. Dekat dari sana, masih tersisa sebagian kecil pantai kosong yang tidak diparkiri perahu.
Di bagian itu, Seohyun dan Yonghwa akhirnya berkesempatan untuk merendam kaki mereka dalam air laut, di atas pasir pecehan kerang berwarna krim kekuningan.
Menjelang sore, mereka menuju bagian pantai landai tempat beberapa pedagang makanan berjualan. Mereka perlu mengisi perutnya yang kosong.
“Ini adalah mi ramen paling enak yang pernah aku coba seumur hidup,” komentar Seohyun seraya melahap mi ramen yang dipesannya.
“Memangnya, apa yang berbeda?”
“Jelas ada,” kata Seohyun yakin, “faktor pertama adalah belum makan dari siang, faktor kedua adalah...ini tempat makan dengan pemandangan terindah yang pernah aku kunjungi.”
“Setuju.” Yonghwa mengangguk, lalu ia pun bergerak ke mangkok mi ramen yang kedua “jadi ga nyesel kan, aku ajak kamu kesini?”
Seohyun berhenti mengunyah. “Tapi...kenapa begitu tiba-tiba?, bukankah dua hari yang lalu kita... Seohyun membiarkan kalimat itu menggantung, karena tiba-tiba pikirannya melayang pada malam ketika Yonghwa mengantanya pulang ke dorm. Masih segar dalam ingatan, peristiwa yang terjadi di taman itu.
Yonghwa ikut berhenti, sejenak menatap Seohyun. “Kita akan semakin sibuk, belum tentu kita bisa sering bertemu seperti sekarang.”
Seohyun mengangguk pelan. Ia menyadari betapa sangat berharga setiap detik yang ia lewatkan bersama Yonghwa. Minggu depan dia akan terbang ke Perancis untuk konser Sm Town live in Paris. Setelah itu jadwal promo single album pertama SNSD di Jepang akan membuatnya semakin sibuk.
Begitupun dengan Yonghwa, jadwal syuting drama terbarunya yang dimulai beberapa hari kedepan akan mengurangi intensitas pertemuannya dengan Seohyun.
Setalah berpesta dengan tiga mangkuk mi ramen dan dua gelas teh tawar, mereka kembali menuju pantai dan bermain ombak. Menikmati matahari terbenam yang sebentar lagi akan pupus di telan malam. Menghayati keluasan birunya laut yang membentang dari tempat mereka berdiri.
Sesekali Yonghwa menoleh pada Seohyun yang sedang berdiri di sampingnya. Seohyun yang samar diterangi cahaya langit sore, tersenyum padanya. Rambutnya yang halus terbang tertiup angin. Di matanya, keindahan sunset yang sejak tadi ia nikmati tiba-tiba mendapat saingan.
“Sini, deh,” Yonghwa menarik tangan Seohyun dengan lembut. “Izinkan aku seperti ini sebentar saja,” bisiknya, lalu perlahan Yonghwa bergerak kebelakang punggung Seohyun, merangkulkan kedua tangannya, memeluk Seohyun dari belakang. Yonghwa berbisik. “Hyun... aku sengaja mengajakmu kesini, dan aku persembahkan semua ini sebagai ungkapan terima kasih untuk semua insprirasi berharga yang sudah kamu berikan padaku.”
Seohyun merasa sekujur tubuhnya kaku. Tak bisa bergerak, juga tak bisa bicara, hanya sanggup menatap lautan yang ada di depannya.
“Ini...” Seohyun tak sanggup melanjutkan, “ini hadiah yang paling indah yang pernah aku terima seumur hidup. Oppa...terima kasih ya.”
“hey..hyuuun…” tangannya menepuk pundak Seohyun.
Seohyun tidak bergeming. Yoona tak menyerah.
“Seohyun bangun! Yong oppaaa menelpomu!!!” Yoona berteriak.
Seperti dugaan. Seohyun menurunkan selimut yang menutupi wajahnya, lalu perlahan ia membuka matanya. Seohyun mencari ponsel yang ia taruh di sebelah tempat tidurnya.
“Yay..! apa harus pakai cara ini untuk membangunkanmu?”
“Eonni...” Seohyun mengguman, lalu ia kembali menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.
“Kau sudah membuka hadiahnya?”
Tangan Seohyun menunjuk ke arah rak buku yang ada di sebelah kanan tempat tidurnya.
“Wow…sebuah buku?” Tanya yoona penuh semangat.
"Tentu saja aku membacanya.”
“Keren…ck…ck..ck” Yoona berdecak kagum.
Novel karya Shin Kyung Sook dengan judul Please Look After Mom baru saja release beberapa minggu yang lalu di Korea. Novel yang cukup fenomenal ini masuk dalam daftar the New York Time best seller di minggu pertama novel ini release. Seohyun mendapatkan novel itu dari seorang pengemar rahasia. Itulah informasi terakhir yang Seohyun dapatkan tentang novel barunya.
“Aku selalu menyukai buku.”
“Kau sudah tahu siapa pengirimnya?”
“Itu yang mau aku tanyakan padamu…eonni”
“Aku berikan clue-nya, lalu kau harus menebaknya.”
Seohyun mengangguk.
“Namja.” Clue pertama dari Yoona
“Cute.”
Seohyun menggeleng.
“Good singer”
Seohyun masih terdiam
"TOP idol”
“Hint.” Seohyun masih bingung.
“Boyband”
Seohyun membuka sebuah kartu ucapan yang masih terselip dalam kotak hadiah. Ada catatan dari pengirim buku itu:
“Ternyata harus benar-benar jam delapan, ya?” sapa Seohyun dengan wajah yang masih terlihat ingin tidur.
“Hari ini cuma ada satu aturan yang berlaku” ujar Yonghwa sok tegas, “aturanku.”
“Weo?” tanya Seohyun Lunglai
“Cukup dengarkan apa yang aku katakan, dan yang paling penting kamu harus percaya padaku.”
“Lalu...kita mau pergi kemana sekarang?”
“Aku mau mengajakmu ke suatu tempat.” Yonghwa tersenyum sambil mengusap pelan tangan Seohyun.